Kolaborasi Multisektor dalam Communication Workshop SULE-WM, Perkuat Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular

BADUNG, STATEMENTPOST.COM – Dalam rangka mendukung agenda nasional dalam pengurangan sampah serta pengembangan ekonomi sirkular di Indonesia, GIZ Indonesia dan Unilever Indonesia beserta rekan-rekan implementasi, Ecoxyztem dan Greeneration Foundation, berkolaborasi dalam sebuah Communication Workshop bertajuk “Scaling Up Local Enterprise on Waste Management in Indonesia (SULE-WM)”. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa 2 Desember 2025, di amada Bali Sunset Road Kuta, Badung. Program ini bertujuan untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular melalui peningkatan kapasitas pelaku industri, penguatan rantai nilai daur ulang, serta mendorong adopsi praktik keberlanjutan dalam pengelolaan sampah.
Seperti diketahui bersama, pada tahun 2022, Indonesia telah menghasilkan 21,1 ton sampah yang 34,29%-nya belum dikelola dengan baik. Masalah tersebut semakin serius akhir-akhir ini, pada pertengahan tahun 2023 sedikitnya di dua kota, Bandung dan Yogyakarta, yang mengalami situasi darurat sampah akibat kelebihan kapasitas dan kebakaran hutan di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal tersebut tidak hanya menimbulkan masalah lingkungan karena sampah yang tidak terangkut, tetapi juga menimbulkan masalah sosial dan ekonomi di area setempat.
Peran dinas lingkungan hidup dan komunitas pegiat lingkungan sangat penting dalam menyampaikan informasi, edukasi, dan ajakan kepada masyarakat terkait isu-isu lingkungan. Namun, seringkali pesan yang disampaikan kurang efektif diterima publik karena tidak dikemas dengan strategi komunikasi yang tepat. Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi agar pesan lingkungan bisa lebih jelas, persuasif, dan berdampak.
Dalam kesempatan ini, Ratna Sudaryo selaku Communication & Program Manager-@ecoxyztem memaparkan tentang masalah lingkungan tidak hanya soal data dan regulasi, tetapi tentang bagaimana kita menyampaikan narasi yang membuat masyarakat merasa tergerak, bukan terpaksa. Disebutkan, bahwa ada sejumlah alasan konten lingkungan tidak menarik bagi penonton diantaranya menggunakan jargon yang tidak umum, terlalu menyalahkan, tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, tidak memberikan harapan dan solusi, serta audiens yang menerima informasi tidak sesuai target. (stm)
