Jadi Sorotan, Butuh Kesadaran Agar tidak Gunakan Sound System Saat Pengerupukan
DENPASAR, STATEMENTPOST.COM – Citra Denpasar sebagai kota berwawasan budaya menjadi tercoreng pada malam pengerupukan (10/3). Tak sedikit masyarakat protes akibat penggunaan sound system oleh sejumlah pemuda ketika pengarakan ogoh-ogoh. Terlebih musik yang diputar tidak mencerminkan adanya gamelan atau baleganjur, melainkan house music yang identik dengan hiburan malam.
Ditemui selasa (13/3), Penggiat Sosial Kemasyarakat Lintas etnis, Yusdi Diaz menyatakan protes terkait penggunaan sound system tersebut. “Pengerupukan itu kan yang diarak ogoh-ogoh cerminan dari buta kala, yang merupakan bagian dari budaya Bali. Semestinya gamelan baleganjur lah yang digunakan”, ungkap Yusdi Diaz.
Pihaknya berharap, agar kejadian ini lebih diperhatikan kedepannya, sehingga tradisi yang dimiliki pulau dewata benar-benar terjaga. “Mudah-mudahan kedepannya lebih diperhatikan, agar tidak terus mengulang untuk diingatkan,” tegas Yusdi Diaz.
Sebenarnya, lanjut Yusdi Diaz, Pemerintah Kota Denpasar sudah sangat tegas dalam melarang penggunaan sound system saat malam pengerupukan. Namun, tidak serta merta hanya menyalahkan pemerintah, tetapi perlu adanya kesadaran bersama dari multipihak terutama dari pihak banjar maupun desa adat agar bisa mengarahkan anak muda tidak menggunakan sound system bernuansa house music.
“Jika sudah ada indikasi anak muda sudah mempersiapkan sound system menjelang malam pengerupukan, harus sesegera mungkin untuk dicegah,” jelasnya. (stm)